Mengawali dengan Lensa Manual dan Perkembangannya di Era Fotografi Modern

Mengenal Lensa Manual
Lensa Manual, beberapa orang bilang Lensa Manula. Ada benarnya, karena sebagian besar lensa manual memang lahir di abad 19. Beberapa tokoh seperti Joseph Petzval dan Charles Chevalier yang merevolusi dunia fotografi dengan design lensa yang inovatif kala itu. Melangkah ke abad 20, menjadikan lensa manual menuju masa keemasan, berbagai produsen lensa berlomba-lomba menawarkan lensa-lensa yang menarik bagi fotografer. Baik yang murah terjangkau hingga high-quality dan memiliki tingkat presisi yang tinggi.

Kamera Mirorless yang kian digemari | PicJumbo.com
Di era modern seperti sekarang ini, bukan berarti lensa manual tidak ada yang kondisi baru. Karena ada beberapa produsen di China sudah merilis lensa-lensa manual baru. Hal ini muncul setelah kamera mirorless mulai membanjiri pasar, seolah muncul sebagai pengganti kamera DSLR. Dari kemunculan mirorless, ternyata pabrikan kamera-kamera tersebut harus mengganti mounting lensanya, sehingga lensa-lensa lama dari era DSLR tidak bisa langsung pasang ke kamera mirorless melainkan harus menggunakan adapter/penghubung lensa ke kamera. Selain itu, lensa-lensa kamera mirorless juga dinilai lebih mahal, varian masih sedikit, padahal penggunanya sudah banyak. Alhasil, mereka memilih memakai lensa manual yang dirasa lebih murah. Beberapa penggunanya mengakui takjub karena foto yang dihasilkan memiliki warna yang khas.
Lalu apa sebenarnya lensa manual itu? Seperti sebutannya, lensa manual adalah lensa memiliki fokus manual, dan juga pengaturan aperture juga dilakukan secara manual pada lensa. Lensa manual mulai muncul di jaman kamera analog/film. Kebanyakan dari kamera tipe SLR, meskipun juga ada dari kamera rangefinder. Rata-rata menggunakan material logam seperti alumunium dan kaca (glass). Mulai tahun 1930 hingga tahun 1990an lensa-lensa tersebut terus diproduksi dalam berbagai varian, mulai focal length, aperture, teknologi coating pada optik, hingga mounting-nya.

Focal Length on lens
Focal Length
Focal-length lensa, yaitu jarak titik api optik lensa dengan sensor, yaitu film pada kamera analog dalam satuan milimeter (mm). Lensa manual yang lebih tua, bahkan ada yang masih menggunakan satuan centimeter (cm). Varian focal length lensa ini beragam, kebanyakan lensa manual yang dirilis adalah lensa fix, yaitu lensa yang memiliki 1 focal length dan 1 maximal aperture. Misal, 50mm F1.8, 35mm F2.8. Hingga akhirnya, muncul lensa zoom, dimana lensa dapat dipanjangkan secara manual untuk menjangkau focal length terjauhnya. Misal, 28-80mm, 35-70mm, 70-200mm dan lain sebagainya.

Lens Aperture
Aperture
Aperture lensa yang memiliki manual focus biasanya lebih kecil dibanding lensa modern. Bisa kita lihat pada kamera-kamera buatan Eropa yang membekali lensa standarnya dengan 50mm F2.8 di tahun 1950an. Hingga akhirnya di tahun 1960an Jepang merajai lensa-lensa 50mm dengan aperture lebih lebar yaitu F1.8 dan bahkan F1.4. Hingga jaman modern ini muncul lensa lensa zoom yang aperture-nya besar, misal 28-70mm F2. Di era kamera film, sebagian besar lensa zoom hanya memiliki nilai aperture maximal F3.5, meskipun ada yang F2.8.

EBC Fujinon 55mm F1.8
Coating
Teknologi coating pada lensa saat itu masih sangat terbatas. Hanya beberapa brand tertentu saja yang berhasil mengklaim teknologi coating lensa mereka yang terbaik. Perlu kita ketahui bahwa coating lensa mempengaruhi ketajaman hasil, semaki baik coating lensa, semakin tajam juga hasilnya. Beberapa produsen seperti Canon memberikan label SSC pada lensa mereka, yang artinya Super Spectra Coating, Fujifilm dengan sebutan EBC, Electric Beam Coating, Carl Zeiss T* (T Bintang Merah). Ini merupakan teknologi coating yang canggih pada masanya, sehingga lensa yang memiliki ‘label’ tersebut artinya masuk dalam jajaran lensa flagship.

Mounting lensa
Mounting
Bantalan lensa atau dalam bahasa Inggris disebut lens mount adalah antarmuka – mekanik dan sering juga mengandung bagian elektrik – antara badan kamera dan sebuah lensa. Bantalan lensa memungkinkan berbagai macam tipe kamera terpasang dengan berbagai macam tipe lensa, biasanya dari SLR yang mempunyai jenis mount yang sama. – Wikipedia
Bantalan lensa dapat berbentuk ulir (screw), bayonet atau friction lock. Bentuk bayonet adalah bentuk bantalan lensa yang digunakan pada kamera modern, karena mekanisme bayonet menghubungkan berbagai fitur elektrik dan mekanik antara kamera dan lensa dengan sangat presisi.
Bantalan lensa dari pabrikan yang saling berkompetisi (Nikon, Canon, Yashica, Pentax, dll) hampir tidak pernah dapat dipergunakan bersilangan. Tiap pabrik cenderung untuk menerbitkan tipe bantalan yang unik dengan jarak fokus flensa yang bervariasi.
Jadi secara garis besar, mounting lensa adalah penghubung antarmuka lensa dengan kamera. Mengenal beberapa jenis mounting:
- Canon: FD Mount
- Canon: R Mount
- Canon: EOS EF Mount
- Canon: EOS M Mount
- Canon: EOS R Mount
- Contax / Yashica: C/Y Mount
- Contax / Kiev Mount
- Exakta Mount
- Fujica X-Mount
- Leica Rangfinder: LTM (Leica Thread Mount)
- Leica Rangefinder: M Mount
- Leica SLR: Leica R Mount
- Leica Digital Mirrorless: L Mount
- Konica SLR: F Mount
- Konica SLR: AR Mount
- Minolta SLR: MD Mount
- Nikon SLR: F Mount
- Olympus SLR: OM Mount
- M42 ulir (screwmount)
- M39 (Screwmount)
- Pentax K (PK Mount)
- Pentacon Six
- Petri
- Praktica Bayonet (PB Mount)
- Rollei QBM
- Yashica Mount
- Altix Mount
Menurut penjelasan dari Wikipedia cenderung mengarah ke mounting lensa auto-focus. Meskipun demikian, tidak ada mounting lensa ulir yang mengandung elektrik. Komponen elektronik pada lensa auto-focus dibutuhkan supaya pengguna dapat mengatur semuanya di kamera. Dan ini tentu saja di era kamera modern, yang sudah mengadopsi sistem mounting bayonet. Dikatakan juga bahwa mounting lensa manula hampir tidak pernah dapat dipergunakan bersilangan, hal ini benar adanya. Namun, ada lensa jadul yang dapat digunakan meskipun beda mounting. Bahkan pabrikannya mengeluarkan resmi adapter lensa untuk menghubungkannya, seperti kamera Pentax SLR yang memiliki mount PK, dapat menggunakan lensa M42 ulir seperti lensa manual Takumar.
Berbicara soal mounting lensa manual, yang menarik adalah ketika lensa dirilis pada versi awal tahun 1930-1950an, dimana rata-rata menggunakan mounting M39 untuk kamera rangefinder, dan M42 untuk kamera SLR. Hingga pada akhirnya produsen memilih menggunakan mounting bayonet, yaitu sistem pengunci lensa di kamera sehingga lensa hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 detik untuk mengganti lensa. Apa yang dimaksud mounting M42 dan M39? Yaitu mounting ulir pada belakang lensa, jadi harus diputar lebih dari 360 derajat dan ini justru membuat lebih lama dalam pergantian lensa kamera.
Jadi dalam artikel ini kiranya sudah dapat memberikan pengetahuan baru tentang sedikit sejarah lensa manual dan perkembangannya. Next, akan kita lanjutkan lagi di artikel berikutnya. Semoga bermanfaat.